Tesis

Faktor prediktor mortalitas pascaoperasi Blalock-Taussig shunt di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta = Predictive factors of mortality after Blalock Taussig shunt procedure in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Latar belakang: Blalock-Taussig shunt (BT shunt) merupakan prosedur paliatif yang bertujuan untuk mempertahankan aliran darah ke paru dan mengatasi sianosis pada pasien penyakit jantung bawaan dengan penurunan aliran darah ke paru. BT shunt masih rutin dilakukan di negara berkembang sebelum pelaksanaan operasi definitif. Namun, faktor risiko morbiditas, mortalitas, dan luaran jangka panjang pascaoperasi BT shunt masih jarang dilaporkan di Indonesia. Tujuan: Mengetahui faktor prediktor morbiditas, mortalitas, dan luaran jangka panjang pascaoperasi BT shunt. Metode: Penelitian retrospektif ini menganalisis data rekam medis pasien pascaoperasi BT shunt di Pusat Jantung Terpadu (PJT) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dari tahun 2016-2020. Data yang diambil berupa data demografis, faktor risiko preoperasi, saat operasi dan pascaoperasi, morbiditas, mortalitas, dan luaran jangka panjang pascaoperasi BT shunt. Hasil: Jumlah subyek penelitian ini adalah 197 anak yang terdiri dari 107 (54,3%) lelaki dan 90 (45,7%) perempuan. Nilai median usia dan berat badan saat dilakukan operasi adalah 20 bulan (11 hari – 32 tahun) dan 7,9 (2,7 - 42) kg. Diagnosis terbanyak adalah Tetralogi Fallot yang ditemukan pada 80 (40,6%) pasien. Komplikasi pascaoperasi tersering adalah penggunaan ventilator >24 jam yang terjadi pada 102 (52%) anak. Mortalitas pascaoperasi BT shunt adalah 20,8% (41 orang). Berdasarkan analisis multivariat, faktor risiko yang berhubungan dengan lama penggunaan ventilasi mekanis adalah transfusi pascaoperasi (OR 7,1; IK 95% 3,7-13,7; p < 0,0001) dan jenis tindakan elektif/emergency (OR 2,5; IK 95% 1,15,8; p =0,034). Faktor risiko yang berhubungan dengan lama rawat di cardiac intensive care unit (CICU) adalah malnutrisi (OR 2,8; IK 95% 1,4-5,6; p =0,003) dan transfusi pascaoperasi (OR 5,17; IK 95% 2,9-11,2; p < 0,0001). Faktor risiko yang berhubungan dengan mortalitas adalah BB < 4,25 kg (OR 20,9; IK 95% 7,4-59,0; p < 0,0001) dan jenis tindakan elektif/emergency (OR 3,6; IK 95% 1,3-9,5; p =0,016). Kesimpulan: Mortalitas pascaoperasi BT shunt PJT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah 20,8%. Faktor risiko yang berhubungan dengan lama penggunaan ventilasi mekanis adalah transfusi pascaoperasi dan jenis tindakan elektif/emergency. Faktor risiko yang berhubungan dengan lama rawat di CICU adalah malnutrisi dan transfusi pascaoperasi. Sedangkan faktor risiko yang berhubungan dengan mortalitas adalah BB 24 hours, performed in 102 (52%) children. Postoperative mortality was 20.8% (41 patients). Based on multivariate analysis, the risk factors associated with the duration of mechanical ventilation were postoperative transfusion (OR 7.1; CI 95% 3.7-13.7; p < 0.0001) and elective/ emergency procedures (OR 2.5; CI 95% 1.1-5.8; p =0.034). Risk factors associated with cardiac intensive care unit (CICU) length of stay were malnutrition (OR 2.8; 95% CI 1.4-5.6; p =0.003) and postoperative transfusion (OR 5.17; 95% CI 2,9-11.2; p < 0.0001). Risk factors associated with mortality were weight < 4.25 kg (OR 20.9; CI 95% 7.459.0; p < 0.0001) and elective/ emergency procedures (OR 3.6; CI 95% 1,3-9.5; p =0.016). Conclusion: The mortality rate after BT shunt at PJT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo was 20.8%. The risk factors associated with the duration of mechanical ventilation were postoperative transfusion and elective/ emergency procedures. On the other hand, risk factors associated with CICU length of stay were malnutrition and postoperative transfusion. Meanwhile, the risk factors associated with mortality were weight < 4.25 kg and elective/emergency procedures.
Keywords: Blalock Taussig shunt, congenital heart disease, morbidity, mortality

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2021
Pengarang

Putri Amelia - Nama Orang
Aman B. Pulungan - Nama Orang
Najib Advani - Nama Orang

No. Panggil
T21170fk
Penerbit
Jakarta : Sp-2 Ilmu Kesehatan Anak.,
Deskripsi Fisik
xxi, 94 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T21170fkT21170fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Faktor prediktor mortalitas pascaoperasi Blalock-Taussig shunt di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta = Predictive factors of mortality after Blalock Taussig shunt procedure in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Related Collection